Keunikan Suku Komering dari Sumatera Selatan yang Harus Kalian Tahu

“Jamak diketahui kalau nada bicara orang Komering seperti marah. Volume bicaranya yang tinggi dan agak ngegas membuat siapa saja terheran-heran.”

Saya terlahir dari gen Suku Komering. Mama saya asli dari dusun Harisan, kecamatan Cempaka, kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) bagian Timur. Ayah saya juga terlahir di Ogan Komering Ilir (OKI), tapi silsilah kesukuannya gak termasuk ke dalam Suku Komering. 

Orang Komering bertebaran di seluruh Sumatera Selatan (Sumsel). Setahu saya, sepertinya belum ada satu daerah pun di Sumsel tanpa ada orang Komeringnya. Pokoknya suku Komering itu merupakan salah satu suku terbesar di Sumsel. 

Lewat tulisan ini, saya mau menceritakan beberapa keunikan dari suku Komering. Mudah-mudahan dari sini SoHib bisa memahami bagaimana sesungguhnya Suku Komering. Mulai dari sejarah leluhurnya sampai bahasa sehari-hari mereka. 

#1.Leluhurnya dari Tiongkok Selatan 

Menurut beberapa literatur yang saya baca, orang Komering leluhurnya dari Tiongkok Selatan, kalau sekarang Tiongkok Selatan meliputi daerah-daerah Hongkong, Makau, Hainan, Guangxi Zhuang, dan Guangdong. 

Itulah kenapa, kebanyakan dari orang Komering bermata sipit seperti orang Cina. Kalau dari segi fisik mereka ini dikategorikan sebagai ras Mongoloid, yaitu diperkirakan berasal dari dataran tinggi Yunnan di Cina Selatan (dulu Yunnan masih termasuk ke dalam Tiongkok Selatan). 

Walau ada yang mengatakan suku Komering bukan berasal dari Tiongkok Selatan, tetap saja fisik orang-orangnya bisa menguatkan teori ini. Dari segi fisik orang-orang Komering benar-benar mirip dengan orang Tiongkok. 

Tidak perlu jauh-jauh mencari contoh, walau saya ini cuma keturunan dari mama saya yang Komering, tetap saja wajah saya sering dikira orang Cina. Beberapa kali saya dibilang oleh orang-orang yang baru ketemu saya sebagai orang Cina yang baru masuk Islam atau mualaf. 

#2 Orangnya banyak yang putih 

Di pasar tempat saya jualan daging sapi lumayan banyak orang Komering. Untuk membedakan mereka dari suku lain yaitu dari segi matanya dan kulitnya. Iya, orang Komering sangat mudah dikenali karena matanya kecil-kecil, alisnya lurus, dan kulitnya lumayan putih dari kebanyakan suku lain. 

Untuk sekadar menyebut contoh yaitu dua tetangga kami sesama penjual di pasar. Om Rudi yang jualan sayur di samping lapak kami adalah orang Komering: kulitnya putih dan matanya sipit seperti orang Cina. Ombai, suaminya, dan anaknya yang jualan bumbu masak pun merupakan keturunan Komering: kulit mereka cukup mencolok perbedaannya karena lumayan putih dibanding suku lain. 

Biar lebih meyakinkan lagi dua kakak saya di rumah. Kulit putih mereka dan matanya yang sipit benar-benar membuat orang lain mengira kalau mereka berasal dari Republik Rakyat Cina. 

#3 Bahasanya sulit dimengerti 

Menurut saya, bahasa Komering adalah salah satu bahasa yang paling sulit dimengerti di atas bumi ini. Bahasanya yang nggak ada Indonesia-Indonesianya,  membuat siapa saja bengong ketika mendengar percakapan orang Komering. 

Dulu, waktu keponakan saya dari dusun sering menginap di rumah, maka bahasa di rumah kami tiba-tiba berubah menjadi bahasa Komering. Mama saya dan saudara-saudaranya sama sekali lupa dengan bahasa Palembang. Pokoknya mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi hanya bahasa Komering yang mereka pakai. 

Supaya sedikit nyambung dengan bahasa Komering, di sini saya mau membagikan beberapa kalimat dari bahasa Komering. Silakan disimak ya. “Hasa punti tamboliku jona (ini pisang yang tadi saya beli). Kok saka sikam ticok-cok dija monah niku. (sudah lama kami menantimu disini). Apiya sai kuti gawiko ho? (apa yang sedang kalian lakukan?). Haga gukpa kuti tolu na? (mau kemana kalian bertiga?)”. 

#4 Nada bicaranya seperti marah 

Jamak diketahui kalau nada bicara orang Komering seperti marah. Volume bicaranya yang tinggi dan agak ngegas membuat siapa saja terheran-heran. “Ini orang Komering mau ngajak ngobrol atau mau ngajak berantem, sih? Kok nadanya ngegas,” kata beberapa orang yang baru pertama kali mendengar nada bicara orang Komering. 

Kalau mau dibandingkan, sebetulnya nada bicara orang Komering agak lebih ngegas dari nada bicara orang Palembang. Volume suara orang Komering lebih ber-oktaf daripada orang Palembang. Walau begitu, tetap saja maksud orang Komering itu baik. Nada bicaranya saja yang seperti marah, tapi maksudnya baik kok, seperti obrolan orang dari suku-suku lain.

Muhammad Ridho, Pengusaha Daging Sapi.

Editor: Ulinnuha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *